Akhir-akhir ini tulisan Hasan Sastranegara makin provokatif. Kelihatan makin sering menulis di inilah.com dengan objek tulisan yang masih saling berkait : terorisme dan gerakan Islam. Apa motif beliau? Seperti kutipan berikut dari tulisannya yang berjudul
Teroris Lebih 'At Home' di Indonesia? :
Ketidakmampuan atau keengganan beberapa negara Asia Tenggara untuk bertindak keras terhadap para ekstremis, bertahannya kamp-kamp pelatihan, dan besarnya jumlah orang yang tertarik pada ideologi Al Qaedah di kalangan kaum Muslim miskin, merupakan faktor-faktor yang menghambat perang melawan terorisme.
Tulisan ini kelihatan manis, jika tidak melihat tulisan-tulisan lainnya. Kenapa? Karena ekstremis di sini yang dimaksud oleh Hasan adalah pihak yang ingin menerapkan syariah dan menegakkan khilafah (lihat
Teroris Ingin Menerapkan Syariah dan Menegakkan Khilafah?). Dengan tulisannya yang ini, logikanya, beliau ingin agar negara-negara di Asia Tenggara ini lebih keras dalam 'menggebuk' para pegiat penerapan syariah dan penegakan khilafah.
Belum lagi jika menilik bagian akhir tulisannya :
Pengamat politik Asia Tenggara dari Universitas Nasional Singapura, Bilveer Singh, mengemukakan bahwa meningkatnya tingkat ekstremitas dan terorisme di kawasan Asia Tenggara muncul atas keyakinan dan paham keagamaan yang ingin mencetak ulang tipe ideal Islam zaman Nabi dan generasi Salaf al-Shalih (generasi terbaik sesudah Nabi) secara harfiah dan formal.
Gerakan Islam ini bercorak salafiyah ideologis yang cenderung bersifat tradisional dan konservatif sebagaimana ditemukan dalam gerakan Wahhabiyah, Ikhwanul Muslimin, Jamaat ‘i-islami, dan Taliban, yang menggunakan Islam sama dengan syariah. Bila benar demikian, maka gerakan Islam yang bercorak salafiyah ideologis ini berbeda dengan arus utama gerakan Islam yang menampilkan sifat moderat, tapi lebih cenderung ke arah radikal.
Bukan hanya kelompok tertentu saja yang jadi sasarannya, tapi ajaran islam yang mewajibkan pemeluknya untuk ittiba' kepada Rasulnya juga dituding sebagai sumber utama meningkatnya tingkat ekstremitas dan terorisme. Gerakan yang tidak memisahkan Islam dengan syariahnya dianggap pelopor pelaku ekstremitas dan terorisme ini.
Istilah salafiyah ideologis juga baru muncul pada tulisan beliau ini. Di literatur lain tidak ditemukan. Apakah frase ideologis ini dipaksakan ke salafiyah, atau memeng ada salafiyah yang tidak ideologis?
Lagi-lagi provokasi bahwa arus utama gerakan islam adalah moderat, sehingga pegiat penerapan syariah dan penegakan khilafah dianggap aliran kecil saja (sempalan?) dan bukan mainstream Islam. Persis seperti politik belahbambu penjajah.
Allahu . . . Allahu . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar